KALIMAT
THAYYIBAH AYAT-AYAT KAUNIYAH
MAKALAH
Diajukan
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Aqidah Akhlak
PRODI: PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
Dosen
Pengampu: Hj. Yeni Fitriyani, M.Pd.I
Disusun
Oleh:
KELOMPOK 8
Presentasi
ke-9
Anggota:
1. IIS IHSANI
2. LULU IM
MUNAWAROH
3. SITI MARYAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
BUNGA
BANGSA CIREBON
JALAN
WIDARASARI III TUPAREV-CIREBON
TELP.
0231-246215
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. atas semua
rahmat, taufiq dan hidayah serta inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik tanpa adanya halangan yang melanda. Tak lupa sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. yang telah menyelamatkan kita dari jalan yang gelap menuju
jalan yang terang.
Makalah ini dibuat untuk
memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Aqidah Akhlak. Dalam makalah ini akan
dibahas mengenai “Kalimat Thayyibah Ayat-ayat Kauniyyah.” Makalah ini diharapkan dapat membantu para
mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan dan pemahaman tentang
beberapa konsep awal pengajaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.
Cirebon, 06 Oktober 2014
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang Masalah................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah............................................................................. 2
C.
Tujuan
dan Kegunaan Penulisan Makalah.................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................... 4
A.
Pengertian
Kalimat Thayyibah dan Ayat-Ayat Kauniyah............ 4
1.
Pengertian
Kalimat Thayyibah................................................. 4
Ø Macam-macam Kalimat Thayyibah.................................. 5
1.
Basmalah........................................................................ 5
2.
Taawudz......................................................................... 6
3.
Takbir............................................................................. 7
4.
Tasbih............................................................................. 7
5.
Tahlil............................................................................... 8
6.
Tarji’/Istirja’.................................................................. 8
7.
Istighfar.......................................................................... 9
8.
Insya
Allah..................................................................... 10
9.
Hauqalah........................................................................ 10
10. Tahmid/Hamdalah........................................................ 11
11. Hasbalah......................................................................... 12
12. Taqdis............................................................................. 13
13. Tasymit........................................................................... 13
14. Masya Allah................................................................... 14
Ø Manfaat Mengucapkan Kalimat Thayyibah.................... 14
2.
Pengertian
Ayat-Ayat Kauniyah............................................... 15
1.
Q.S.
An-Naml/21: 88............................................................. 16
2.
Q.S.
Adz-Dzariyat/51: 47..................................................... 17
3.
Q.S.
Al-Fushshilat/41: 9........................................................ 17
4.
Q.S.
Al-Fushshilat/41: 10...................................................... 18
BAB III
KESIMPULAN DAN
SARAN.............................................................. 20
A.
Kesimpulan........................................................................................ 20
B.
Saran................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 22
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Dalam pergaulan
sehari–hari antara kita sesama manusia, agar hubungan ini berjalan dengan baik
tentu ada aturan yang harus kita jalankan, bagi kita umat Islam tata cara
bergaul tersebut telah diatur dalam al-Quran dan Sunnah Rasulllah SAW. termasuk
ketika kita menghadapi suatu keadaan baik itu suka atau duka, kita harus tetap
mengingat Allah SWT. dengan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah. Ketika kita
merasakan suka kita tidak dianjurkan untuk terlalu berlebihan dalam
mengungkapkan rasa bahagia itu. Begitupun ketika kita merasakan duka, kita
tidak diperbolehkan untuk mengeluh apalagi sampai menghujat Allah SWT. ketika
kenyataan yang kita hadapi tidak sesuai keinginan dan harapan. Karena
sesungguhnya apapun yang terjadi di muka bumi ini telah menjadi kehendak-Nya,
dan apapun yang terjadi pada makhluk-Nya itu adalah yang terbaik, Allah SWT.
selalu memiliki rencana lain yang mungkin itu merupakan yang terbaik dari semua
harapan dan keinginan makhluk-Nya.
Kalimat-kalimat thayyibah ini bukan
tanpa arti, melainkan memiliki arti yang tajam maknanya. Ini dapat terjadi
andai kita tahu kapan kalimat-kalimat ini harus kita ucapkan. Dengan selalu
mengucapkan kalimat-kalimat yang baik dan dapat menempatkannya sesuai keadaan
yang dihadapi maka kita sudah termasuk hamba-Nya yang bersyukur atas nikmat
apapun yang telah Allah SWT. berikan kepada kita.
Dalam kehidupan sehari-hari
hendaknya kita senantiasa mengingat Allah SWT. dengan berdzikir serta memuji-Nya
dengan kalimat-kalimat thayyibah. Namun banyak terjadi pada kehidupan kita,
jarang sekali kita mengucapkan kalimat-kalimat ini. AIlah SWT. merupakan
satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, dipuja, ditakuti, dan dicintai terutama
oleh kita sebagai Umat Islam. Ketika kita membaca kalimat-kalimat ini, maka
resapkanlah ke dalam hati setelah kita meresapkannya, berarti kita telah
mengumandangkan kemerdekaan sebagai seorang hamba, lepas dari perbudakan
terhadap setan dan hawa nafsu. Kita beribadah hanya kepada Allah semata.
Tidak hanya kalimat thayyibah saja
yang jarang diamalkan bahkan Ayat-ayat
kauniyah dalam al-Quran pun sering dilupakan dan tidak mendapat
perhatian sama sekali. Sedangkan ayat-ayat tentang fikih (fiqh) dan aqidah
mendapat perhatian yang luar biasa besar, bahkan seakan-akan hanya kedua hal
tersebut yang terdapat dalam al-Quran. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh
sedikitnya orang-orang yang faham dan ahli di bidang ayat-ayat kauniyah.
Sedangkan yang ahli bidang fikih dan aqidah sangat banyak. Dan juga dimungkinkan
pemahaman bahwa bicara Islam dan al-Quran adalah sama saja dengan membicarakan
shalat, puasa, zakat, haji dan surga neraka. Padahal tidak, dalam al-Quran
banyak terdapat ayat-ayat kauniyah yang bila dipelajari dan difahami merupakan
kunci bagi kemajuan umat Islam dan dapat bersaing dengan orang-orang Barat yang
sudah sangat maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Al-Qur’an tidak
sekedar sebagai Kitab Suci, tetapi juga buku Ilmu Pengetahuan yang harus
dipelajari dan dikaji. Sinyal-sinyal dan indikator ilmiah banyak sekali
dijumpai dalam rentetan ayat-ayat al-Quran. Dengan memahami dan mempelajari
sinyal-sinyal ilmiah dalam al-Quran ini sesungguhnya umat Islam dapat lebih
beriman kepada Allah. Karena secara empirik,
kekuasaan Allah dapat dibuktikan dan sekaligus tidak dapat ditandingi oleh
siapapun.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar
belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian Kalimat Thayyibah?
2. Apa saja
macam-macam Kalimat Thayyibah?
3. Bagaimana manfaat
dan kegunaan Kalimat Thayyibah?
4. Apa pengertian Ayat-Ayat Kauniyah?
5. Apa saja contoh Ayat-Ayat Kauniyah?
C.
Tujuan dan Kegunaan Penulisan
Makalah
1.
Tujuan
Penulisan Makalah
a.
Untuk mengetahui pengertian Kalimat Thayyibah
b.
Untuk mengetahui manfaat dan kegunaan Kalimat Thayyibah
c.
Untuk mengetahui macam-macam Kalimat Thayyibah serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
d.
Untuk mengetahui pengertian Ayat-Ayat Kauniyah
e.
Untuk mengetahui manfaat
Ayat-Ayat Kauniyah
2.
Kegunaan
Penulisan Makalah
a.
Bagi Penulis
Penulisan makalah ini disusun
sebagai salah satu pemenuhan Tugas terstruktur dari Mata Kuliah Aqidah Akhlak dan pemahaman mendalam
mengenai materi tersebut.
b. Bagi Pihak Lain
Makalah ini
diharapkan dapat menambah referensi pustaka mengenai Kalimat Thayyibah dan Ayat-Ayat Kauniyah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Kalimat
Thayyibah dan Ayat-Ayat Kauniyah
1.
Pengertian Kalimat
Thayyibah
Kalimat Thayyibah secara bahasa adalah perkataan yang baik. Dalam Islam,
Kalimat thayyibah adalah setiap ucapan yang mengandung kebenaran dan kebajikan
yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Serta mengandung aneka
perbuatan ma'ruf dan pencegahan dari perbuatan munkar (Tafsir Depag V/182-183
dan Tafsir Wa Bayan Al-Qur'an oleh Dr. M. Hasan Al-Hamsy hal.258).
Seperti apa yang tercantum dalam Q.S. Ibrahim:24-25, yang berbunyi:
(٢٤)السَّمَاء فِي عُهَاوَفَرْ ثَابِتٌ أَصْلُهَا طَيِّبَةٍ ةٍ كَشَجَر طَيِّبَةً كَلِمَةً مَثَلاً اللّهُ ضَرَبَ كَيْفَ تَرَ أَلَمْ
(٢٥)
نَ و يَتَذَكَّرُ لَعَلَّهُمْ لَعَلَّهُمْ لِلنَّاسِ الأَمْثَالَ اللّهُ بُ وَيَضْرِ رَبِّهَا بِإِذْنِ حِينٍ كُلَّ أُكُلَهَا تُؤْتِي
“Tidakkah kamu
memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit,
(pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan
Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.” (QS Ibrahim 24-25).
Kalimat thayyibah
bagaikan pohon yang baik, yang akarnya kokoh menghujam ke dalam bumi, dan
cabangnya menjulang ke langit. Artinya, bahwa kalimat yang baik adalah kalimat
yang terpatri di dalam hati sehingga membuat keyakinan dan keimanan menjadi
lebih teguh dan tentram. Ibnu Abbas dalam tafsirnya mengatakan bahwa pohon yang
baik adalah gambaran pribadi yang baik, muslim yang muchlis, yang melahirkan
maslahah dan selalu menjadi teladan di lingkungannya.
Perlu diketahui, ucapan
yang baik, sangat dipengaruhi oleh pribadi dan keimanan kita. Dalam hal ini,
hati sangat mendominasi. Kalau hati kita baik, maka yang keluar dari lisan
kita, tindak tanduk kita adalah sesuatu yang baik. Juga sebaliknya, kalau hati
kita dipenuhi dengan hasad dan kedengkian atau segala macam yang mengotori
hati, maka yang keluar adalah kata-kata dan tindak tanduk maksiat. Ketika
kalimat yang baik diucapkan, yang mendengarnya pun akan senang. Dakwah Rasulullah
tidak akan sampai kepada umat hingga di zaman sekarang ini jika tidak
menggunakan kalimat yang baik dengan hikmah.
Zat yang paling suci di alam semesta ini hanyalah Allah, maka sesuai dengan
artinya, kalimat ini mengandung makna penyucian nama dan Zat Allah. Nama Allah
harus tetap suci dari segala bentuk kemusyrikan dan kekurangan. Karena
Allah-lah pemilik segala kesempurnaan. Semua yang ada di langit dan di bumi
bertasbih kepada Allah, memuji kebesaran Allah, Firman Allah:
يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
Artinya: “Apa yang ada di langit
dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih
kepada Allah. Maharaja, Yang Maha
Suci, Yang Maha perkasa,Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Jumu'ah: 1)
Ø
Macam-macam Kalimat
Thayyibah
Adapun macam-macam Kalimat
Thayyibah adalah sebagai berikut:
1.
BASMALAH (حِيْمِ الرَّ
حْمنِ الرَّ اللهِ بِسْمِ)
Kalimat Basmalah yang artinya: ”Dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang” ini diucapkan setiap kali kita akan mengawali suatu
pekerjaan atau perbuatan. Dengan membaca Basmalah dimaksudkan agar pekerjaan
yang akan kita lakukan dapat terlaksana dengan baik dan mendapatkan keberkahan
dari Allah Swt. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW. yang artinya,
“Tiap-tiap
urusan penting menjadi putus berkahnya jika tidak dimulai dengan ucapan
Bismillâhir-rahmânir-rahîm.”
(HR. ar-Rahawy).
Keutamaan bacaan Basmalah:
a.
Untuk menjaga diri dari niat
buruk. Dengan Basmalah membuat kita malu jika bermaksud akan melakukan hal-hal
yang buruk. Karena niat buruk bersumber dari syaithon, ketika kita lafadzkan
asma Allah SWT., maka larilah makhluk durhaka itu.
b.
Mengingatkan kita bahwa Allah
SWT. selalu mengawasi kita, sehingga menghindarkan kita dari perbuatan buruk.
Jika aparat penegak hukum saja bisa dijadikan alat untuk menekan atau
menghalangi kejahatan, apalagi jika sadar bahwa yang mengawasi adalah Dzat yang
Maha Melihat dan Maha Mendengar, tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur.
c.
Memberikan harapan bahwa
pekerjaan yang akan kita lakukan dapat terlaksana dengan baik dan mendapatkan
keberkahan dari Allah SWT.
d.
Menumbuhkan ketawakalan, berserah
diri pada yang mengatur kehidupan, yakni Allah SWT.
2.
TAAWUDZ( مِنَ بِاللِه أَعُوْذُ)
Ta'awudz artinya
memohon perlindungan. Kalimat taawudz memiliki arti “Aku berlindung kepada
Allah dari godaan setan yang terkutuk” dibaca ketika hendak membaca al-Quran
sebelum mengucapkan kalimat Basmallah. Kalimat Ta'awudz bertujuan untuk meminta
perlindungan kepada Allah SWT. dari godaan setan yang terkutuk. Setan dan iblis adalah makhluk yang
sangat dibenci Allah SWT. Iblis dan setan adalah makhluk yang sesat dan
menyesatkan. Ia akan selalu mengganggu dan menyesatkan manusia dari jalan yang
benar.
Oleh karena itu, kita harus meminta
perlindungan dari Allah SWT. agar kita selamat dari godaan setan yang terkutuk.
memohon perlindungan hanya kepada Allah SWT, jika memohon kepada selain Allah
seperti Jin dan Setan itu merupakan perbuatan syirik. Syirik sangat dibenci
Allah dan termasuk dosa yang sangat besar.
3.
TAKBIR (اکبر الله)
Kalimat takbir yang
artinya, “Allah Maha Besar” mengandung arti ungkapan penetapan akan keagungan
atau kebesaran Allah SWT. dan tidak ada yang melebihi kebesaran-Nya. Kalimat
ini diucapkan tatkala kagum akan sesuatu dan untuk mengakui kekuasaan Allah SWT.
yang tanpa batas, tidak ada yang mampu mengalahkan-Nya. Merasa diri kecil,
tidak ada apa-apanya, tidak punya kuasa apapun dibandingkan kebesaran Allah
SWT.
4.
TASBIH (اللهُ سُبْحاَنَ)
Kalimat Tasbih yang
artinya, “Maha Suci Allah” dimaksudkan untuk mengakui kesucian Allah SWT. dari
segala hal yang tidak layak bagi-Nya. Bacaan tasbih ini juga untuk mengakui
bahwa Allah SWT. suci dari segala kekurangan. Kalimat Tasbih juga sering kali
diucapkan ketika kita melihat sesuatu yang luar biasa yang Allah ciptakan.
Dari Sa’ad r.a., dia berkata: Kami
di sisi Rosulullah SAW., lalu beliau bersabda:“Apakah seseorang di antara kamu
tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan setiap hari?” Salah seorang diantara
yang duduk bertanya:“Bagaimanakah seseorang diantara kita bisa memperoleh
seribu kebaikan (dalam sehari)?” Rasulullah SAW bersabda:“Hendaklah dia
membaca:“Maha Suci Allah” ….jika dibaca seribu kali, maka ditulis seribu
kebaikan baginya atau seribu kejelekan dihapus.” (HR. Muslim 4/2073)
Kegunaan Bacaan Tasbih adalah:
a.
Mengakui kesucian Allah SWT. yang
terbebas dari segala hal yang dipersekutukan oleh kaum kafir.
b.
Sebagai pengingkaran terhadap sifat-sifat
buruk yang dituduhkan oleh orang-orang kafir.
c.
Menyatakan kekaguman terhadap
ciptaan Allah SWT. dan terhadap apa yang ditetapkan Allah SWT.
d.
Menyatakan rasa syukur dengan mengagungkan
nama Allah SWT.
5.
TAHLIL ( اللهُ إِلاَّ إِلهَ لاَ)
Kalimat Tahlil yang
artinya, “Tiada Tuhan selain Allah” dimaksudkan untuk mengakui keesaan Allah
SWT., sebagai penafian terhadap ilah-ilah yang lain, dan penegasan bahwa hanya
Allah SWT. satu-satunya Dzat yang berhak untuk diibadahi. Sungguh, Allah SWT.
adalah Dzat yang sama sekali tidak membutuhkan siapa pun. Dia Maha Kuasa. Tiada
Tuhan selain Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda: “Seutama-utama
dzikir ialah laa ilaaha illallaah, dan seutama-utama doa adalah alhamdulillâh.”
(HR. Ibnu Majah).
6.
TARJI’/ ISTIRJA’ (راجعون الیہ انّا و اللهُ انّا)
Kalimat Tarji’ yang
artinya, “sesungguhnya kita milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali
pada-Nya” diucapkan ketika kita
mendapat musibah. Kalimat ini biasa diucapkan saat ada di antara keluarga,
teman, kerabat, tetangga, maupun orang lain meninggal dunia, dapat juga
diucapkan ketika kita terkena halangan atau rintangan. Dengan mengucapkan
kalimah tarji’ berarti kita telah bersabar dan ikhlas dengan apa yang telah
ditentukan Allah.
Rasulullah telah bersabda :”Tidaklah
seorang hamba terkena musibah kemudian ia berdoa, “sesungguhnya kita milik
Allah dan sesungguhnya kita akan kembali pada-Nya, ya Allah berilah pahala
dalam musibah ini dan berilah aku ganti
yang lebih baik daripadanya,” kecuali
Allah akan memberikan pahala dalam musibahnya dan Allah memberi ganti yang
lebih baik daripadanya.” (H.R. Muslim No. 1526).
7.
ISTIGHFAR (استغفر الله العظيم )
Kalimat istighfar
yang artinya, “Saya memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung” dimaksudkan
sebagai ungkapan memohon ampun kepada Allah SWT. Sungguh, setiap dari kita
tidak ada yang terlepas dari dosa sama sekali, baik dosa besar maupun kecil.
Oleh karena itu, hendaknya kita sering berdzikir kepada Allah Swt. dengan
bacaan istighfar.
Sungguh Maha Suci
Allah Yang Maha Sempurna. Setelah Dia menciptakan manusia sebagai makhluk hidup
yang secara sunnatullah bisa berbuat khilaf, sekaligus Dia menyediakan 'obat'
bagi kekhilafan tersebut. Bagi mereka yang pandai meminum obat ini, maka mereka
tak akan terserang penyakit hati yang lebih serius. Allah Maha Pengampun,
terutama bagi siapapun yang segera bertaubat dan sadar setelah berbuat
kekhilafan. Umat Islam harus membasahkan bibir mereka dengan Istighfar ini,
sehingga noda-noda dosa yang sempat menempel sedikit demi sedikit setiap hari
tidak segera menompok menjadi noktah hitam yang tebal. Semakin banyak noda-noda
ini, akan menjadi semakin sulit untuk menghilangkannya. Maka benarlah bahawa
kebanyakan kesalahan besar bermula dari kekeliruan-kekeliruan kecil yang tidak
dibenarkan. Sayangnya, seringkali manusia terlambat menyedari kekhilafannya
itu. Untuk menghindari kelambatan taubat, maka dianjurkan untuk istiqamah
mengucapkan zikir ini setiap hari, terutama setelah shalat, walau dirasakan tak
ada kesalahan yang diperbuat. Rasulullah SAW. sendiri, yang sudah dijamin
ma'sum, (terpelihara dari dosa), dalam sehari mengucap Istighfar
sekurang-kurangnya 70 kali.
8.
INSYA ALLAH (اللّهُ ءَ
شَآ نْ اِ)
Kalimat Insya Allah
yang artinya, “Jika Allah menghendaki” diucapkan ketika seseorang berniat hendak melakukan
sesuatu di masa yang akan datang. Zikir ini akan mengingatkan kita, bahwa kehendak Allah SWT. adalah di atas segalanya. Tak seorangpun mengetahui
apa yang akan terjadi detik setelah ini. Itu sebabnya, tak akan pernah ada
janji yang dapat dipenuhi secara pasti oleh manusia, kecuali dengan menambahkan
kalimat, Insya Allah.
Sayangnya, banyak orang mempergunakan kalimat ini secara
keliru, hingga berkembang anggapan bahwa kalimat mulia ini diucapkan sebagai
kelonggaran untuk tidak menepati janji. Perbuatan umum ini banyak menggejala
dalam sebagian masyarakat, sehingga membuat banyak orang dapat memandang
negatif kalimat ini. Sudah menjadi tanggung jawab kita
bersama, Kaum Muslimin, untuk meluruskan pandangan ini. Dimulai dengan diri
kita sendiri. Mari kita buktikan bahwa ucapan Insya Allah bukan berarti niat
untuk melanggar, akan tetapi sebagai ikatan janji yang sudah pasti akan ditepati
secara logika manusia, disertai tawakkal kepada Allah SWT.
9. HAUQALAH (لاَ هَوْلَ وَلاَ قُوَّتَ
اِلاَّبِاللّهِ)
Kalimat Hauqalah
adalah ucapan zikir yang merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan
kekuasaan Allah SWT. ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan
(berazam). Kalimat Thayyibah ini adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang.
Setelah dipertimbangkan dengan sewajarnya dan keputusan diambil, kita hendaklah
bertawakkal kepada Allah SWT., yang dinyatakan dalam sikap menerima resiko
apapun yang akan terjadi nanti akibat keputusan tersebut. (QS Ali Imran:159).
Abu Musa al-Asy’ari berkata, “Pada suatu ketika Nabi menaiki
suatu pendakian. Ketika seorang lelaki sampai ke puncaknya, berserulah lelaki
itu dengan ucapan yang keras, ‘La ilaha illallahu wallahu akbar.’
Mendengar itu, Nabi Muhammad SAW. bersabda kepada Abu Musa, ‘Kamu sebenarnya
tiada menyeru orang yang jauh darimu.’ Sesudah itu, Nabi Muhammad SAW.
bersabda, ‘Apakah tidak lebih baik aku tunjukkan kepadamu suatu kalimat dari
perbendaraan surga?’ Abu Musa menjawab, ‘Baik ya Rasulullah.’ Maka Nabi
Muhammad SAW. bersabda, ‘Kalimah itu adalah: Kalimat Hauqalah yang artinya, “Tiada daya dan kekuatan
melainkan dengan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
10. TAHMID/HAMDALAH (رَبِّ الْعَالَمِينَ لِلَّهِلْحَمْدُ ا)
Kalimat Tahmid yang artinya “Segala puji hanya milik Allah,
Tuhan semesta alam” diucapkan setiap mengakhiri suatu perbuatan atau setiap
mendapatkan anugerah dari Allah SWT. Allah SWT. menjanjikan dua hal bagi orang
yang mendapat nikmat dengan penambahan dan penyiksaan bagi yang tidak bersyukur
“Jika kamu bersyukur maka Aku akan tambah nikmat kamu tetapi jika kamu kufur
maka azabku amatlah pedih” (QS Ibrahim 7).
Rosulullah
saw, bersabda: “Apabila kamu ucapkan,‘Alhamdulillahi
robbil alamin’, berarti engkau telah bersyukur kepada Allah, dan Dia niscaya
akan menambahkan nikmat-Nya kepadamu.”
Tahmid dibaca juga ketika bersin. Seperti yang diriwayatkan
oleh Abu Hurairah r.a. bahwa
Nabi Muhammad SAW. pernah
bersabda,“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan benci terhadap menguap.
Maka apabila ia bersin, hendaklah ia memuji Allah (dengan mengucapkan
‘Alhamdullillah’). Dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mendengarnya
untuk mendoakannya. Adapun menguap, maka ia berasal dari setan. Hendaklah
setiap muslim berusaha untuk menahannya sebisa mungkin, dan apabila
mengeluarkan suara ‘ha’, maka saat itu setan menertawakannya.” (HR Bukhari)
Bacaan hamdalah atau tahmid diucapkan setiap mengakhiri pekerjaan
atau setiap mendapatkan anugerah dari Allah Swt. Bacaan hamdalah ini
dimaksudkan sebagai rasa syukur kepada Allah Swt. Sungguh, penting bagi kita
untuk bersyukur kepada Allah Swt. agar semakin ditambah nikmat yang diberikan
kepada kita.
Keutamaan bacaan tahmid adalah:
a. Meyakinkan diri bahwa segala sesuatu terjadi karena
pertolongan Allah SWT.
b. Jika sesuatu yang terjadi itu kurang baik namun tetap
disyukuri, maka akan tetap terasa nikmat, dibandingkan jika sesuatu yang
terjadi itu lebih buruk lagi.
c. Jika sesuatu yang terjadi itu lebih baik dan juga disyukuri,
maka kenikmatan yang dirasakan akan berlipat ganda.
11. HASBALAH (الْوَكِيْلُ وَنِعْمَ اللهُ حَسْبِيَ)
Kalimat Hasbalah yang artinya, “Cukup bagiku Allah,
Dialah sebaik-baik penjaga.” diucapkan sebagai pengakuan bahwa tempat
berpegang dan bergantung seorang hanba hanya Allah SWT. saja, dan Allah SWT.
memang sebaik-baik penjaga. Menurut Ibnu Abbas r.a., bacaan Hasbalah inilah
yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim As. ketika dicampakkan ke dalam api oleh Raja
Namrud. Bacaan ini pula yang dibaca oleh Nabi Muhammad SAW. ketika menghadapi
musuh dengan perlengkapan yang hebat dan menakutkan.
12. TAQDIS (الرُّوْحِ وَ الْمَلاَئِكَةِ رَبُّ رَبُّنَا
قُدُّوسٌ سُبُّوْحٌ)
Kalimat Taqdis yang artinya, “Maha Suci Allah, Maha Besar
Allah, dari segala kekurangan, Dialah Tuhan kami, Tuhan segala malaikat dan
Tuhan segala jiwa.” dimaksudkan sebagai ungkapan menyucikan Allah SWT.
dari segala keburukan sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang musyrik
maupun kafir. Kalimat Taqdis tidak begitu jauh berbeda dari kalimat tasbih.
13. TASYMIT (يَرْحَمُكَ اللَّهُ )
Kalimat tasymit yang artinya, “Semoga Allah merahmatimu” dimaksudkan dalam mendoakan orang yang
bersin. Rasulullah saw. bersabda,
"Jika salah seorang dari kalian bersin,
maka hendaklah ia berkata, Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), dan
hendaklah saudaranya mengatakan padanya, Yarhamukallah
(Semoga Allah merahmatimu),' dan jika saudaranya telah mengatakan, 'Semoga
Allah merahmatimu,' maka hendaklah orang yang bersin berkata, Yaghfirullah li
wa laka (semoga Allah memberi ampunan kepadaku dan kepadamu)," atau ia
berkata, "Yahdikumullahu wa yushlihu balaku (semoga Allah memberi petunjuk
kepadamu, dan memperbaiki hatimu)” (HR.Bukhari)
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy'ari, bahwa
Nabi Saw bersabda, "Apabila salah
seorang kalian bersin dan dia memuji Allah, maka doakanlah. Namun jika dia
tidak memuji Allah, maka jangan kalian mendoakannya." (Shahim Muslim,
Kitab Az-Zuhd wa Ar-Raqa'iq, Bab Tasymit Al-'Athis, hadits nomor 2992)
14. MASYA ALLAH (مَاشَآءَاللّهُ
)
Kalimat Masya Allah (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud / Allah telah berkehendak
akan hal itu) diucapkan bila
bertemu dengan hal yang menakjubkan itu. Ini sesuai dengan yang dituntun oleh
Al-Qur’an serta kebiasaan dalam bahasa Arab. Tuntunan dalam Al-Qur’an bisa kita temui dalam surat
Al-Kahfi ayat 37: “Dan mengapa kamu tidak
mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah” (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih
sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan.” (QS Al Kahfi 39)
Ø Manfaat Mengucapkan Kalimat Thayyibah.
Adapun manfaat mengucapkan Kalimat Thayyibah seperti Kalimat Istighfar, Tasbih,
Takbir, Tahmid, Istirja’, dan Hauqalah bila biasa diucapkan untuk dzikir kepada
Allah SWT. maka akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, yakni
mengandung amar ma’ruf dan mencegah yang mungkar.
Manfaat dari mengamalkan kalimat Baqiyatus Solihat (Lailahaillalloh, Allah
akbar, Subhanalloh, Alhamdulillah, dan Lahaula wala Quwata Illabillah)
diantaranya:
·
Dapat menghapus dosa.
·
Mengangkat derajat.
·
Terhindar dari neraka.
·
Membuka pintu surga.
·
Memberatkan amal baik dan senantiasa
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Orang yang selalu dzikir istighfar atau memohon ampun, Allah
SWT. akan memberi jalan keluar dari kesulitan dan kesusahan dan akan
dilimpahkan rizkinya.
2.
Pengertian
Ayat-Ayat Kauniyah
Ayat-ayat kauniyyah
yang sering disebut juga sebagai Ayat Kosmologi adalah ayat atau tanda yang
wujud (ada) di sekeliling yang diciptakan oleh Allah SWT. Ayat-ayat ini adalah
dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa, dan sebagainya yang ada di dalam alam
ini. Oleh karena itu alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah SWT. dengan
segala sistem dan peraturan-Nya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan
keagungan penciptanya. Untuk memahami ayat-ayat kauniyah (terkait dengan fenomena
alam), penafsirannya perlu menggunakan pengetahuan Kosmologi sehingga
pesan-pesan yang terdapat dalam ayat tersebut dapat difahami dengan baik. Seperti yang
tercantum dalam Q.S Nuh (41) : 53, yang artinya:
“Kami akan
memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda(kekuasaan) kami di segala wilayah bumi
dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu
adalah benar. Tidakkah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu?”
Tujuan pemaparan
Ayat-Ayat Kauniyyah dalam al-Quran adalah untuk menunjukkan kebesaran Allah
SWT. dan ke-Esaan-Nya. Serta mendorong manusia seluruhnya untuk melakukan
observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepada-Nya.
Dalam meruntut pembicaraan al-Qur’an tentang
Kosmologi, kita mengambil konsep yang ditawarkan Achmad Baiquni tentang
penciptaan alam semesta dalam bukunya al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman.
Karena pembahasannya sejalan dengan pengetahuan Kosmologi modern. Lalu
ayat-ayat yang telah ditentukan tersebut diuraikan penafsirannya menggunakan Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan
Keserasian Al-Qur’an Karya M. Quraish Shihab dan Tafsir al-Kabir aw Mafatih
al-Ghaib karangan Fakhr ad-Din ar-Razi. Hal ini untuk mewakili penafsiran
ulama yang menggunakan pendekatan ilmiah sebagai salah satu pendekatan penafsirannya.
M. Quraish Shihab mewakili mufassir modern dan Fakhr ad-Din ar-Razi mewakili
mufassir klasik. Terdapat ayat-ayat al-Quran yang terkait dengan penciptaan
alam semesta, antara lain:
1.
Q.S. Al-Naml/21: 88
الَّذِي أَتْقَنَ صُنْعَ اللَّهِ
مَرَّ السَّحَابِ تَمُرُّ وَهِيَ جَامِدَةً تَحْسَبُهَا الْجِبَالَوَتَرَى
(٨٨)
بِمَا تَفْعَلُونَ إِنَّهُ خَبِيرٌ كُلَّ شَيْءٍ
Artinya: “Dan engkau akan meihat
gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan seperti
awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala
sesuatu. Sungguh, Dia Maha teliti apa yang kamu kerjakan”
Dalam memahami ayat
ini Para Ulama berbeda pendapat. Di antaranya ada yang memahami dalam arti
langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan yang terpadu. Hujan tidak turun
dan bumi pun tidak ditumbuhi pepohonan. Allah SWT. lalu membelah langit dan
bumi dengan jalan menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan pepohonan di
bumi. Ada lagi pendapat yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan
sesuatu yang utuh tidak terpisah, kemudian Allah SWT. pisahkan dengan
mengangkat langit ke atas dan membiarkan bumi di tempatnya berada di bawah lalu
memisahkan keduanya dengan udara lalu langit menurunkan hujan sehingga
menumbuhkan tanaman di Bumi dan Allah SWT. menjadikan air sumber kehidupan.
al-Qur’an memerintahkan orang-orang yang kafir, untuk mengamati dan mempelajari
alam semesta yang padu lalu dipisahkan oleh-Nya. Observasi itu diharapkan dapat
mengantarkan mereka kepada keimanan atas kemahakusaan-Nya.
2.
Q.S.
Adz-Dzariyat/51: 47
(٤٧) لَمُوسِعُونَ وَإِنَّا هَا بِأَيْدٍ بَنَيْنَا وَالسَّمَاءَ
Artinya: “Dan langit itu Kami bangun dengan
kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.”
Tim Pengusun Tafsir
al-Muntakhab yang terdiri dari pakar Mesir kontemporer berkomentar bahwa ayat
ini mengisyaratkan beberapa isyarat ilmiah. Antara lain, Allah SWT. menciptakan
alam yang luas ini dengan kekuasaan-Nya. Dia maha Kuasa atas segala sesuatu.
Kata sama’ berarti segala sesuatu yang berada di atas dan menaungi. Maka segala
sesuatu yang ada di sekitar benda langit dan tata surya di sebut sama’. Alam
raya kita amat luas, lalu mengartikan wa
innaa lamuusi’uun atau berarti sesungguhnya Kami benar- benar maha
meluaskan (yakni alam raya ini) menunjukkan hal itu. Artinya, Kami meluaskan
alam itu sebegitu luasnya semenjak diciptakan. Ayat tersebut juga menunjukkan
bahwa meluasnya alam ini terus berlangsung sepanjang masa.
3. Q.S.
Al-Fushshilat/41: 9
أَنْدَادًا لَهُ وَتَجْعَلُونَ يَوْمَيْنِ فِي الأرْضَ
خَلَقَ بِالَّذِي لَتَكْفُرُونَ أَئِنَّكُمْ قُلْ
(٩)
الْعَالَمِينَ رَبُّ ذَلِكَ
Artinya: "Katakanlah: 'Sesungguhnya
patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi, dalam dua masa, dan kamu
mengada-adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?. (Yang bersifat) demikian itulah Rabb
semesta alam'."
Ayat ini
menjelaskan betapa buruknya sikap tersebut (menyekutukan Allah SWT.) sekaligus
memaparkan betapa kuasanya Allah SWT. Firman-Nya latakfuruwna/ kamu kafir terkait dengan beberapa persoalan, antara
lain: pernyataan mereka bahwa Allah SWT. tidak sanggup membangkitakan kembali
orang yang telah meninggal, mempertanyakan tentang kerasulan Nabi Muhammad SAW.
dan pernyataan mereka bahwa Allah SWT. punya anak. Dan Perbuatan menyekutukan
Allah SWT. itu merupakan perbuatan aniaya yang besar (zulmun kabiirun).
4. QS.
Al-Fush-shilat/41: 10
أَقْوَاتَهَا فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا رَكَ وَبَا فَوْقِهَا مِنْ رَوَاسِيَ فِيهَا وَجَعَلَ
(١٠) لِلسَّائِلِينَ سَوَاءً أَيَّامٍ أَرْبَعَةِ فِي
Artinya: "Dan Dia
menciptakan di bumi itu, gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia
memberkahinya, dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (bagi
penghuninya), dalam empat masa. (Penjelasan ini sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya."
Allah
SWT. menciptakan bumi serta memperindahnya. Juga menciptakan gunung yang kukuh
di atasnya agar bumi yang terus berotasi itu tidak oleng. Dan Ia melimpahkan
aneka kebajikan sehingga ia berfungsi sebaik mungkin da dapat menjadi hunian
yang nyaman buat manusia dan hewan. Serta menentukan kadar makanan- makanan
untuk para penghunyinya. Semua itu telaksana dalam empat hari, yakni dua hari
untuk penciptaan bumi dan dua hari untuk pemberkahan dan penyiapan makanan bagi
para penghuninya. Kata qaddara
berarti memberi kadar, yakni kualitas, kuantitas cara dan sifat-sifat tertentu
sehingga dapat berfungsi dengan baik. Dapat juga berarti memberinya potensi
untuk menjalankan fungsi yang ditetapkan Allah SWT. bagi masing-masing. Kata aqwat merupakan bentuk jama’ dari kata qut yang pengertiannya mencakup makna pemeliharaan dan pengawasan
Allah SWT., sehingga penentuan kadar qut
ini tidak hanya menyangkut makanan jasmani tetapi mencakup pengaturan Allah
SWT. terhadap bumi yang menjadi hunian manusia. Sebagai contoh terkait gaya
Gravitasi Bumi sehingga ia berputar (rotasi) pada garis edarnya dan. Gaya
Gravitasi benda-benda langit ini melindunginya juga untuk tidak melenceng dari
garis edarnya sehingga tidak saling bertabrakan. Dan wa qaddara fiyhaa menurut Muhammad ibn Ka’ab menentukan makanan
bagi tubuh sebelum penciptaannya. Mujahid mengatakan Allah SWT. menentukan
makanan dari hujan, yang dimaksud di sini makan untuk Bumi bukan untuk
penduduknya.
Masih
banyak sekali ayat-ayat kauniyah dalam al-Quran hingga mencapai 800 ayat. Namun
dalam makalah ini kami hanya dapat memaparkan 4 ayat sebagai gambaran ayat
kauniyah. Banyak kebenaran ilmiah yang dipaparkan al-Quran, tujuan pemaparan
ayat-ayat tersebut untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT. dan ke-Esaan-Nya.
Serta mendorong manusia seluruhnya untuk melakukan observasi dan penelitian
demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepada-Nya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, pembahasan di atas,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kalimat
thayyibah mengandung arti kalimat-kalimat yang baik yang berisi tentang
ungkapan zikir kepada Allah. Yang dimaksud dengan “kalimat thoyyibah” dalam
ayat tersebut adalah kalimat tauhid, yaitu segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan
mencegah kemungkaran. Kalimat thayyibah adalah setiap ucapan yang mengandung
kebenaran dan kebajikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ucapan
yang baik, sangat dipengaruhi oleh pribadi dan keimanan kita. Dalam hal ini,
hati sangat mendominasi. Kalau hati kita baik, maka yang keluar dari lisan
kita, tindak tanduk kita adalah sesuatu yang baik. Juga sebaliknya, kalau hati
kita dipenuhi dengan hasad dan kedengkian atau segala macam yang mengotori
hati, maka yang keluar adalah kata-kata dan tindak tanduk maksiat. Macam-macam
kalimat thayyibah ada 14 macam, diantaranya: Basmallah, Taawudz, Takbir,
Tasbih, Tahlil, Tarji’/Istirja’, Istighfar, Insya Allah, Hauqalah,
Tahmid/Hamdalah, Hasbalah, Taqdis, Tasymit, dan Masya Allah. Kalimat thayyibah memiliki manfaat bagi
orang yang mengucapkannya, yakni dapat menghapus dosa, mengangkat derajat,
terhindar dari neraka, membuka pintu surga, memberatkan amal baik dan
senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ayat
kauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh
Allah SWT. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan
sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam ini hanya mampu
dilaksanakan oleh Allah SWT. dengan segala sistem dan peraturan-Nya yang unik,
maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya. Di al-Quran terdapat
800 ayat kauniyah, beberapa diantaranya adalah An-Naml ayat 88, Adz-Dzariyat
ayat 47, Al-Fushshilat ayat 9 dan 10.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca. Seperti halnya pribahasa mengatakan “tak ada gading yang tak
retak”. Maka dari itu, demi kelancaran pembuatan makalah selanjutnya kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Anto, Juli. (2010). BAB 1 : KALIMAT THAYYIBAH AQIDAH KELAS 3 SEMESTER I. (online) diakses di http://al-miftahu.blogspot.com/2013/06/bab-1-kalimat-thayyibah-aqidah-kelas-3.html pada tanggal 31 Oktober 2014.
Ø
Elly. (2013). Kalimat
Thayyibah. (online) diakses di http://catatanpengajian.blogspot.com/2013/06/kalimat-thayyibah.html pada
tanggal 31 Oktober 2014.
Ø
Layda, Guna.
(2012). Ayat-Ayat
Kosmologi. (online) diakses di http://gunalayda.blogspot.com/2012/11/ayat-kauniyah-ayat-kosmologi.html pada
tanggal 31 Oktober 2014.
Ø Rahmat, Basuki. (2010). Kalimat Thoyibah. (online) diakses di http://bassorigami.blogspot.com/2010/06/kalimat-thoyibah.html pada tanggal 31 Oktober 2014.
Ø Sodikin. (2013). Ayat Kauniyah dalam Al-Quran. (online) diakses di http://www.pak-sodikin.com/ayat-kauniyah-dalam-al-quran/ pada tanggal 31 Oktober 2014.
Ø
______. (2011). MAKNA
dan RAGAM KALIMAT THOYYIBAH. (online) diakses di http://coretanoelile.blogspot.com/2011/03/makna-dan-ragam-kalimat-thoyyibah-i.html pada
tanggal 31 Oktober 2014.
Ø
_____. (2013). 7
KALIMAT THAYYIBAH. (online) diakses di https://www.facebook.com/permalink.php?id=164181196971958&story_fbid=514188575304550 pada
tanggal 31 Oktober 2014.
Ajib
BalasHapushttp://pesasonline.blogspot.com
Perfect...
BalasHapusnice post...
BalasHapusApabila kita kagum / takjub atas ciptaan Allah SWT yg benar "Subhanallah" / "Masya'allah ?
BalasHapusApabila kita kagum / takjub atas ciptaan Allah SWT yg benar "Subhanallah" / "Masya'allah ?
BalasHapusmkasih buat wejangannya mbk keren banget deh moga banyak manfaatnya ya ;).. Amiin....
BalasHapusAssalamualaikum
BalasHapusSyukran atas ilmunya
Semoga kita selalu dalam rahmat Allah SWT.
Kunjungi juga ya blog kami
https://seruankemuliaan.blogspot.co.id/
Kumpulan pengetahuan Islami kini dan masa depan