Sabtu, 07 Februari 2015

MAKALAH KALIMAT THAYYIBAH DAN AYAT AYAT KAUNIYAH



KALIMAT THAYYIBAH AYAT-AYAT KAUNIYAH
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Aqidah Akhlak


PRODI: PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
Dosen Pengampu: Hj. Yeni Fitriyani, M.Pd.I
Disusun Oleh:
KELOMPOK 8
Presentasi ke-9
Anggota:
1.      IIS IHSANI
2.      LULU IM MUNAWAROH
3.      SITI MARYAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
BUNGA BANGSA CIREBON
JALAN WIDARASARI III TUPAREV-CIREBON
TELP. 0231-246215


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. atas semua rahmat, taufiq dan hidayah serta inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa adanya halangan yang melanda. Tak lupa sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah menyelamatkan kita dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Aqidah Akhlak. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai “Kalimat Thayyibah Ayat-ayat Kauniyyah.”  Makalah ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa pada umumnya sebagai penambah pengetahuan dan pemahaman tentang beberapa konsep awal pengajaran.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.








                                                Cirebon, 06 Oktober 2014


                                                                                                   Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.    Latar Belakang Masalah................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................. 2
C.    Tujuan dan Kegunaan Penulisan Makalah.................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN...................................................................................... 4
A.    Pengertian Kalimat Thayyibah dan Ayat-Ayat Kauniyah............ 4
1.      Pengertian Kalimat Thayyibah................................................. 4
Ø  Macam-macam Kalimat Thayyibah.................................. 5
1.      Basmalah........................................................................ 5
2.      Taawudz......................................................................... 6
3.      Takbir............................................................................. 7
4.      Tasbih............................................................................. 7
5.      Tahlil............................................................................... 8
6.      Tarji’/Istirja’.................................................................. 8
7.      Istighfar.......................................................................... 9
8.      Insya Allah..................................................................... 10
9.      Hauqalah........................................................................ 10
10.  Tahmid/Hamdalah........................................................ 11
11.  Hasbalah......................................................................... 12
12.  Taqdis............................................................................. 13
13.  Tasymit........................................................................... 13
14.  Masya Allah................................................................... 14
Ø  Manfaat Mengucapkan Kalimat Thayyibah.................... 14
2.      Pengertian Ayat-Ayat Kauniyah............................................... 15
1.      Q.S. An-Naml/21: 88............................................................. 16
2.      Q.S. Adz-Dzariyat/51: 47..................................................... 17
3.      Q.S. Al-Fushshilat/41: 9........................................................ 17
4.      Q.S. Al-Fushshilat/41: 10...................................................... 18

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 20
A.    Kesimpulan........................................................................................ 20
B.     Saran................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 22
  

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dalam pergaulan sehari–hari antara kita sesama manusia, agar hubungan ini berjalan dengan baik tentu ada aturan yang harus kita jalankan, bagi kita umat Islam tata cara bergaul tersebut telah diatur dalam al-Quran dan Sunnah Rasulllah SAW. termasuk ketika kita menghadapi suatu keadaan baik itu suka atau duka, kita harus tetap mengingat Allah SWT. dengan mengucapkan kalimat-kalimat thayyibah. Ketika kita merasakan suka kita tidak dianjurkan untuk terlalu berlebihan dalam mengungkapkan rasa bahagia itu. Begitupun ketika kita merasakan duka, kita tidak diperbolehkan untuk mengeluh apalagi sampai menghujat Allah SWT. ketika kenyataan yang kita hadapi tidak sesuai keinginan dan harapan. Karena sesungguhnya apapun yang terjadi di muka bumi ini telah menjadi kehendak-Nya, dan apapun yang terjadi pada makhluk-Nya itu adalah yang terbaik, Allah SWT. selalu memiliki rencana lain yang mungkin itu merupakan yang terbaik dari semua harapan dan keinginan makhluk-Nya.
Kalimat-kalimat thayyibah ini bukan tanpa arti, melainkan memiliki arti yang tajam maknanya. Ini dapat terjadi andai kita tahu kapan kalimat-kalimat ini harus kita ucapkan. Dengan selalu mengucapkan kalimat-kalimat yang baik dan dapat menempatkannya sesuai keadaan yang dihadapi maka kita sudah termasuk hamba-Nya yang bersyukur atas nikmat apapun yang telah Allah SWT. berikan kepada kita.
Dalam kehidupan sehari-hari hendaknya kita senantiasa mengingat Allah SWT. dengan berdzikir serta memuji-Nya dengan kalimat-kalimat thayyibah. Namun banyak terjadi pada kehidupan kita, jarang sekali kita mengucapkan kalimat-kalimat ini. AIlah SWT. merupakan satu-satunya Tuhan yang wajib disembah, dipuja, ditakuti, dan dicintai terutama oleh kita sebagai Umat Islam. Ketika kita membaca kalimat-kalimat ini, maka resapkanlah ke dalam hati setelah kita meresapkannya, berarti kita telah mengumandangkan kemerdekaan sebagai seorang hamba, lepas dari perbudakan terhadap setan dan hawa nafsu. Kita beribadah hanya kepada Allah semata.
Tidak hanya kalimat thayyibah saja yang jarang diamalkan bahkan Ayat-ayat kauniyah dalam al-Quran pun sering dilupakan dan tidak mendapat perhatian sama sekali. Sedangkan ayat-ayat tentang fikih (fiqh) dan aqidah mendapat perhatian yang luar biasa besar, bahkan seakan-akan hanya kedua hal tersebut yang terdapat dalam al-Quran. Hal ini sangat mungkin disebabkan oleh sedikitnya orang-orang yang faham dan ahli di bidang ayat-ayat kauniyah. Sedangkan yang ahli bidang fikih dan aqidah sangat banyak. Dan juga dimungkinkan pemahaman bahwa bicara Islam dan al-Quran adalah sama saja dengan membicarakan shalat, puasa, zakat, haji dan surga neraka. Padahal tidak, dalam al-Quran banyak terdapat ayat-ayat kauniyah yang bila dipelajari dan difahami merupakan kunci bagi kemajuan umat Islam dan dapat bersaing dengan orang-orang Barat yang sudah sangat maju dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Al-Qur’an tidak sekedar sebagai Kitab Suci, tetapi juga buku Ilmu Pengetahuan yang harus dipelajari dan dikaji. Sinyal-sinyal dan indikator ilmiah banyak sekali dijumpai dalam rentetan ayat-ayat al-Quran. Dengan memahami dan mempelajari sinyal-sinyal ilmiah dalam al-Quran ini sesungguhnya umat Islam dapat lebih beriman kepada Allah. Karena secara empirik, kekuasaan Allah dapat dibuktikan dan sekaligus tidak dapat ditandingi oleh siapapun.
B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian Kalimat Thayyibah?
2.      Apa saja macam-macam Kalimat Thayyibah?
3.      Bagaimana manfaat dan kegunaan Kalimat Thayyibah?
4.      Apa pengertian Ayat-Ayat Kauniyah?
5.      Apa saja contoh Ayat-Ayat Kauniyah?
C.    Tujuan dan Kegunaan Penulisan Makalah
1.      Tujuan Penulisan Makalah
a.       Untuk mengetahui pengertian Kalimat Thayyibah
b.      Untuk mengetahui manfaat dan kegunaan Kalimat Thayyibah
c.       Untuk mengetahui macam-macam Kalimat Thayyibah serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
d.      Untuk mengetahui pengertian Ayat-Ayat Kauniyah
e.       Untuk mengetahui manfaat Ayat-Ayat Kauniyah
2.      Kegunaan Penulisan Makalah
a.       Bagi Penulis
Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan Tugas terstruktur dari Mata Kuliah Aqidah Akhlak dan pemahaman mendalam mengenai materi tersebut.
b.      Bagi Pihak Lain
Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka mengenai Kalimat Thayyibah dan Ayat-Ayat Kauniyah.













BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Kalimat Thayyibah dan Ayat-Ayat Kauniyah
1.      Pengertian Kalimat Thayyibah
Kalimat Thayyibah secara bahasa adalah perkataan yang baik. Dalam Islam, Kalimat thayyibah adalah setiap ucapan yang mengandung kebenaran dan kebajikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Serta mengandung aneka perbuatan ma'ruf dan pencegahan dari perbuatan munkar (Tafsir Depag V/182-183 dan Tafsir Wa Bayan Al-Qur'an oleh Dr. M. Hasan Al-Hamsy hal.258).
Seperti apa yang tercantum dalam Q.S. Ibrahim:24-25, yang berbunyi:
 (٢٤)السَّمَاء فِي عُهَاوَفَرْ ثَابِتٌ أَصْلُهَا طَيِّبَةٍ ةٍ كَشَجَر طَيِّبَةً كَلِمَةً مَثَلاً اللّهُ ضَرَبَ كَيْفَ تَرَ أَلَمْ
(٢٥) نَ و يَتَذَكَّرُ لَعَلَّهُمْ لَعَلَّهُمْ لِلنَّاسِ  الأَمْثَالَ اللّهُ بُ وَيَضْرِ رَبِّهَا بِإِذْنِ حِينٍ كُلَّ أُكُلَهَا تُؤْتِي
“Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit, (pohon) itu menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Dan Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat.” (QS Ibrahim 24-25).
                        Kalimat thayyibah bagaikan pohon yang baik, yang akarnya kokoh menghujam ke dalam bumi, dan cabangnya menjulang ke langit. Artinya, bahwa kalimat yang baik adalah kalimat yang terpatri di dalam hati sehingga membuat keyakinan dan keimanan menjadi lebih teguh dan tentram. Ibnu Abbas dalam tafsirnya mengatakan bahwa pohon yang baik adalah gambaran pribadi yang baik, muslim yang muchlis, yang melahirkan maslahah dan selalu menjadi teladan di lingkungannya.
                        Perlu diketahui, ucapan yang baik, sangat dipengaruhi oleh pribadi dan keimanan kita. Dalam hal ini, hati sangat mendominasi. Kalau hati kita baik, maka yang keluar dari lisan kita, tindak tanduk kita adalah sesuatu yang baik. Juga sebaliknya, kalau hati kita dipenuhi dengan hasad dan kedengkian atau segala macam yang mengotori hati, maka yang keluar adalah kata-kata dan tindak tanduk maksiat. Ketika kalimat yang baik diucapkan, yang mendengarnya pun akan senang. Dakwah Rasulullah tidak akan sampai kepada umat hingga di zaman sekarang ini jika tidak menggunakan kalimat yang baik dengan hikmah.
Zat yang paling suci di alam semesta ini hanyalah Allah, maka sesuai dengan artinya, kalimat ini mengandung makna penyucian nama dan Zat Allah. Nama Allah harus tetap suci dari segala bentuk kemusyrikan dan kekurangan. Karena Allah-lah pemilik segala kesempurnaan. Semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah, memuji kebesaran Allah, Firman Allah:

يُسَبِّحُ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ

Artinya: “Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi senantiasa bertasbih  kepada Allah. Maharaja, Yang  Maha Suci, Yang Maha perkasa,Maha Bijaksana.” (Q.S. Al-Jumu'ah: 1)
Ø  Macam-macam Kalimat Thayyibah
Adapun macam-macam Kalimat Thayyibah adalah sebagai berikut:
1.      BASMALAH (حِيْمِ الرَّ حْمنِ الرَّ اللهِ بِسْمِ)
Kalimat Basmalah yang artinya: ”Dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” ini diucapkan setiap kali kita akan mengawali suatu pekerjaan atau perbuatan. Dengan membaca Basmalah dimaksudkan agar pekerjaan yang akan kita lakukan dapat terlaksana dengan baik dan mendapatkan keberkahan dari Allah Swt.  Sebagaimana sabda Rasulullah SAW. yang artinya,
“Tiap-tiap urusan penting menjadi putus berkahnya jika tidak dimulai dengan ucapan Bismillâhir-rahmânir-rahîm.”
(HR. ar-Rahawy).
Keutamaan bacaan Basmalah:
a.       Untuk menjaga diri dari niat buruk. Dengan Basmalah membuat kita malu jika bermaksud akan melakukan hal-hal yang buruk. Karena niat buruk bersumber dari syaithon, ketika kita lafadzkan asma Allah SWT., maka larilah makhluk durhaka itu.
b.      Mengingatkan kita bahwa Allah SWT. selalu mengawasi kita, sehingga menghindarkan kita dari perbuatan buruk. Jika aparat penegak hukum saja bisa dijadikan alat untuk menekan atau menghalangi kejahatan, apalagi jika sadar bahwa yang mengawasi adalah Dzat yang Maha Melihat dan Maha Mendengar, tidak pernah mengantuk dan tidak pernah tidur.
c.       Memberikan harapan bahwa pekerjaan yang akan kita lakukan dapat terlaksana dengan baik dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
d.      Menumbuhkan ketawakalan, berserah diri pada yang mengatur kehidupan, yakni Allah SWT.
2.      TAAWUDZ( مِنَ بِاللِه أَعُوْذُ)
Ta'awudz artinya memohon perlindungan. Kalimat taawudz memiliki arti “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk” dibaca ketika hendak membaca al-Quran sebelum mengucapkan kalimat Basmallah. Kalimat Ta'awudz bertujuan untuk meminta perlindungan kepada Allah SWT. dari godaan setan yang terkutuk. Setan dan iblis adalah makhluk yang sangat dibenci Allah SWT. Iblis dan setan adalah makhluk yang sesat dan menyesatkan. Ia akan selalu mengganggu dan menyesatkan manusia dari jalan yang benar.
Oleh karena itu, kita harus meminta perlindungan dari Allah SWT. agar kita selamat dari godaan setan yang terkutuk. memohon perlindungan hanya kepada Allah SWT, jika memohon kepada selain Allah seperti Jin dan Setan itu merupakan perbuatan syirik. Syirik sangat dibenci Allah dan termasuk dosa yang sangat besar.
3.      TAKBIR (اکبر الله)
Kalimat takbir yang artinya, “Allah Maha Besar” mengandung arti ungkapan penetapan akan keagungan atau kebesaran Allah SWT. dan tidak ada yang melebihi kebesaran-Nya. Kalimat ini diucapkan tatkala kagum akan sesuatu dan untuk mengakui kekuasaan Allah SWT. yang tanpa batas, tidak ada yang mampu mengalahkan-Nya. Merasa diri kecil, tidak ada apa-apanya, tidak punya kuasa apapun dibandingkan kebesaran Allah SWT.
4.      TASBIH (اللهُ سُبْحاَنَ)
Kalimat Tasbih yang artinya, “Maha Suci Allah” dimaksudkan untuk mengakui kesucian Allah SWT. dari segala hal yang tidak layak bagi-Nya. Bacaan tasbih ini juga untuk mengakui bahwa Allah SWT. suci dari segala kekurangan. Kalimat Tasbih juga sering kali diucapkan ketika kita melihat sesuatu yang luar biasa yang Allah ciptakan.
Dari Sa’ad r.a., dia berkata: Kami di sisi Rosulullah SAW., lalu beliau bersabda:“Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan setiap hari?” Salah seorang diantara yang duduk bertanya:“Bagaimanakah seseorang diantara kita bisa memperoleh seribu kebaikan (dalam sehari)?” Rasulullah SAW bersabda:“Hendaklah dia membaca:“Maha Suci Allah” ….jika dibaca seribu kali, maka ditulis seribu kebaikan baginya atau seribu kejelekan dihapus.” (HR. Muslim 4/2073)
Kegunaan Bacaan Tasbih adalah:
a.       Mengakui kesucian Allah SWT. yang terbebas dari segala hal yang dipersekutukan oleh kaum kafir.
b.      Sebagai pengingkaran terhadap sifat-sifat buruk yang dituduhkan oleh orang-orang kafir.
c.       Menyatakan kekaguman terhadap ciptaan Allah SWT. dan terhadap apa yang ditetapkan Allah SWT.
d.       Menyatakan rasa syukur dengan mengagungkan nama Allah SWT.
5.      TAHLIL ( اللهُ إِلاَّ إِلهَ لاَ)
Kalimat Tahlil yang artinya, “Tiada Tuhan selain Allah” dimaksudkan untuk mengakui keesaan Allah SWT., sebagai penafian terhadap ilah-ilah yang lain, dan penegasan bahwa hanya Allah SWT. satu-satunya Dzat yang berhak untuk diibadahi. Sungguh, Allah SWT. adalah Dzat yang sama sekali tidak membutuhkan siapa pun. Dia Maha Kuasa. Tiada Tuhan selain Allah SWT.
Rasulullah SAW bersabda: “Seutama-utama dzikir ialah laa ilaaha illallaah, dan seutama-utama doa adalah alhamdulillâh.”
(HR. Ibnu Majah).
6.      TARJI’/ ISTIRJA’ (راجعون الیہ انّا و اللهُ انّا)
Kalimat Tarji’ yang artinya, “sesungguhnya kita milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali pada-Nya”  diucapkan ketika kita mendapat musibah. Kalimat ini biasa diucapkan saat ada di antara keluarga, teman, kerabat, tetangga, maupun orang lain meninggal dunia, dapat juga diucapkan ketika kita terkena halangan atau rintangan. Dengan mengucapkan kalimah tarji’ berarti kita telah bersabar dan ikhlas dengan apa yang telah ditentukan Allah.
Rasulullah telah bersabda :”Tidaklah seorang hamba terkena musibah kemudian ia berdoa, “sesungguhnya kita milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali pada-Nya, ya Allah berilah pahala dalam musibah ini dan berilah aku ganti  yang lebih baik daripadanya,” kecuali Allah akan memberikan pahala dalam musibahnya dan Allah memberi ganti yang lebih baik daripadanya.” (H.R. Muslim No. 1526).
7.      ISTIGHFAR (استغفر الله العظيم )
Kalimat istighfar yang artinya, “Saya memohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung” dimaksudkan sebagai ungkapan memohon ampun kepada Allah SWT. Sungguh, setiap dari kita tidak ada yang terlepas dari dosa sama sekali, baik dosa besar maupun kecil. Oleh karena itu, hendaknya kita sering berdzikir kepada Allah Swt. dengan bacaan istighfar.
Sungguh Maha Suci Allah Yang Maha Sempurna. Setelah Dia menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang secara sunnatullah bisa berbuat khilaf, sekaligus Dia menyediakan 'obat' bagi kekhilafan tersebut. Bagi mereka yang pandai meminum obat ini, maka mereka tak akan terserang penyakit hati yang lebih serius. Allah Maha Pengampun, terutama bagi siapapun yang segera bertaubat dan sadar setelah berbuat kekhilafan. Umat Islam harus membasahkan bibir mereka dengan Istighfar ini, sehingga noda-noda dosa yang sempat menempel sedikit demi sedikit setiap hari tidak segera menompok menjadi noktah hitam yang tebal. Semakin banyak noda-noda ini, akan menjadi semakin sulit untuk menghilangkannya. Maka benarlah bahawa kebanyakan kesalahan besar bermula dari kekeliruan-kekeliruan kecil yang tidak dibenarkan. Sayangnya, seringkali manusia terlambat menyedari kekhilafannya itu. Untuk menghindari kelambatan taubat, maka dianjurkan untuk istiqamah mengucapkan zikir ini setiap hari, terutama setelah shalat, walau dirasakan tak ada kesalahan yang diperbuat. Rasulullah SAW. sendiri, yang sudah dijamin ma'sum, (terpelihara dari dosa), dalam sehari mengucap Istighfar sekurang-kurangnya 70 kali.
8.      INSYA ALLAH (اللّهُ ءَ شَآ نْ اِ)
Kalimat Insya Allah yang artinya, “Jika Allah menghendakidiucapkan ketika seseorang berniat hendak melakukan sesuatu di masa yang akan datang. Zikir ini akan mengingatkan kita, bahwa kehendak Allah SWT. adalah di atas segalanya. Tak seorangpun mengetahui apa yang akan terjadi detik setelah ini. Itu sebabnya, tak akan pernah ada janji yang dapat dipenuhi secara pasti oleh manusia, kecuali dengan menambahkan kalimat, Insya Allah.
Sayangnya, banyak orang mempergunakan kalimat ini secara keliru, hingga berkembang anggapan bahwa kalimat mulia ini diucapkan sebagai kelonggaran untuk tidak menepati janji. Perbuatan umum ini banyak menggejala dalam sebagian masyarakat, sehingga membuat banyak orang dapat memandang negatif kalimat ini. Sudah menjadi tanggung jawab kita bersama, Kaum Muslimin, untuk meluruskan pandangan ini. Dimulai dengan diri kita sendiri. Mari kita buktikan bahwa ucapan Insya Allah bukan berarti niat untuk melanggar, akan tetapi sebagai ikatan janji yang sudah pasti akan ditepati secara logika manusia, disertai tawakkal kepada Allah SWT.
9.      HAUQALAH (لاَ هَوْلَ وَلاَ قُوَّتَ اِلاَّبِاللّهِ)
Kalimat Hauqalah adalah ucapan zikir yang merupakan pengakuan terhadap kefanaan manusia dan kekuasaan Allah SWT. ini diucapkan ketika seseorang mengambil keputusan (berazam). Kalimat Thayyibah ini adalah pancaran dari sikap tawakal seseorang. Setelah dipertimbangkan dengan sewajarnya dan keputusan diambil, kita hendaklah bertawakkal kepada Allah SWT., yang dinyatakan dalam sikap menerima resiko apapun yang akan terjadi nanti akibat keputusan tersebut. (QS Ali Imran:159).
Abu Musa al-Asy’ari berkata, “Pada suatu ketika Nabi menaiki suatu pendakian. Ketika seorang lelaki sampai ke puncaknya, berserulah lelaki itu dengan ucapan yang keras, ‘La ilaha illallahu wallahu akbar.’ Mendengar itu, Nabi Muhammad SAW. bersabda kepada Abu Musa, ‘Kamu sebenarnya tiada menyeru orang yang jauh darimu.’ Sesudah itu, Nabi Muhammad SAW. bersabda, ‘Apakah tidak lebih baik aku tunjukkan kepadamu suatu kalimat dari perbendaraan surga?’ Abu Musa menjawab, ‘Baik ya Rasulullah.’ Maka Nabi Muhammad SAW. bersabda, ‘Kalimah itu adalah: Kalimat Hauqalah yang artinya, “Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim).
10.  TAHMID/HAMDALAH (رَبِّ الْعَالَمِينَ لِلَّهِلْحَمْدُ ا)
Kalimat Tahmid yang artinya “Segala puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam” diucapkan setiap mengakhiri suatu perbuatan atau setiap mendapatkan anugerah dari Allah SWT. Allah SWT. menjanjikan dua hal bagi orang yang mendapat nikmat dengan penambahan dan penyiksaan bagi yang tidak bersyukur “Jika kamu bersyukur maka Aku akan tambah nikmat kamu tetapi jika kamu kufur maka azabku amatlah pedih” (QS Ibrahim 7).
Rosulullah saw, bersabda: “Apabila kamu ucapkan,‘Alhamdulillahi robbil alamin’, berarti engkau telah bersyukur kepada Allah, dan Dia niscaya akan menambahkan nikmat-Nya kepadamu.”
Tahmid dibaca juga ketika bersin. Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi Muhammad SAW. pernah bersabda,“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan benci terhadap menguap. Maka apabila ia bersin, hendaklah ia memuji Allah (dengan mengucapkan ‘Alhamdullillah’). Dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mendengarnya untuk mendoakannya. Adapun menguap, maka ia berasal dari setan. Hendaklah setiap muslim berusaha untuk menahannya sebisa mungkin, dan apabila mengeluarkan suara ‘ha’, maka saat itu setan menertawakannya.” (HR Bukhari)
Bacaan hamdalah atau tahmid diucapkan setiap mengakhiri pekerjaan atau setiap mendapatkan anugerah dari Allah Swt. Bacaan hamdalah ini dimaksudkan sebagai rasa syukur kepada Allah Swt. Sungguh, penting bagi kita untuk bersyukur kepada Allah Swt. agar semakin ditambah nikmat yang diberikan kepada kita.
Keutamaan bacaan tahmid adalah:
a.       Meyakinkan diri bahwa segala sesuatu terjadi karena pertolongan Allah SWT.
b.      Jika sesuatu yang terjadi itu kurang baik namun tetap disyukuri, maka akan tetap terasa nikmat, dibandingkan jika sesuatu yang terjadi itu lebih buruk lagi.
c.       Jika sesuatu yang terjadi itu lebih baik dan juga disyukuri, maka kenikmatan yang dirasakan akan berlipat ganda.
11.  HASBALAH (الْوَكِيْلُ وَنِعْمَ اللهُ حَسْبِيَ)
Kalimat Hasbalah yang artinya, “Cukup bagiku Allah, Dialah sebaik-baik penjaga.” diucapkan sebagai pengakuan bahwa tempat berpegang dan bergantung seorang hanba hanya Allah SWT. saja, dan Allah SWT. memang sebaik-baik penjaga. Menurut Ibnu Abbas r.a., bacaan Hasbalah inilah yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim As. ketika dicampakkan ke dalam api oleh Raja Namrud. Bacaan ini pula yang dibaca oleh Nabi Muhammad SAW. ketika menghadapi musuh dengan perlengkapan yang hebat dan menakutkan.
12.  TAQDIS (الرُّوْحِ وَ الْمَلاَئِكَةِ رَبُّ رَبُّنَا قُدُّوسٌ سُبُّوْحٌ)
Kalimat Taqdis yang artinya, “Maha Suci Allah, Maha Besar Allah, dari segala kekurangan, Dialah Tuhan kami, Tuhan segala malaikat dan Tuhan segala jiwa.” dimaksudkan sebagai ungkapan menyucikan Allah SWT. dari segala keburukan sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang musyrik maupun kafir. Kalimat Taqdis tidak begitu jauh berbeda dari kalimat tasbih.
13.  TASYMIT (يَرْحَمُكَ اللَّهُ )
Kalimat tasymit yang artinya, “Semoga Allah merahmatimu” dimaksudkan dalam mendoakan orang yang bersin. Rasulullah saw. bersabda, "Jika salah seorang dari kalian bersin, maka hendaklah ia berkata, Alhamdulillah (Segala puji bagi Allah), dan hendaklah saudaranya mengatakan padanya, Yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu),' dan jika saudaranya telah mengatakan, 'Semoga Allah merahmatimu,' maka hendaklah orang yang bersin berkata, Yaghfirullah li wa laka (semoga Allah memberi ampunan kepadaku dan kepadamu)," atau ia berkata, "Yahdikumullahu wa yushlihu balaku (semoga Allah memberi petunjuk kepadamu, dan memperbaiki hatimu)” (HR.Bukhari)
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy'ari, bahwa Nabi Saw bersabda, "Apabila salah seorang kalian bersin dan dia memuji Allah, maka doakanlah. Namun jika dia tidak memuji Allah, maka jangan kalian mendoakannya." (Shahim Muslim, Kitab Az-Zuhd wa Ar-Raqa'iq, Bab Tasymit Al-'Athis, hadits nomor 2992)
14.  MASYA ALLAH (مَاشَآءَاللّهُ )
Kalimat Masya Allah (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud / Allah telah berkehendak akan hal itu) diucapkan bila bertemu dengan hal yang menakjubkan itu. Ini sesuai dengan yang dituntun oleh Al-Qur’an serta kebiasaan dalam bahasa Arab. Tuntunan dalam Al-Qur’an bisa kita temui dalam surat Al-Kahfi ayat 37: “Dan mengapa kamu tidak mengatakan waktu kamu memasuki kebunmu “maasyaallaah, laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan.” (QS Al Kahfi 39)
Ø  Manfaat Mengucapkan Kalimat Thayyibah.
Adapun manfaat mengucapkan Kalimat Thayyibah seperti Kalimat Istighfar, Tasbih, Takbir, Tahmid, Istirja’, dan Hauqalah bila biasa diucapkan untuk dzikir kepada Allah SWT. maka akan bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, yakni mengandung amar ma’ruf dan mencegah yang mungkar.
Manfaat dari mengamalkan kalimat Baqiyatus Solihat (Lailahaillalloh, Allah akbar, Subhanalloh, Alhamdulillah, dan Lahaula wala Quwata Illabillah) diantaranya:
·         Dapat menghapus dosa.
·         Mengangkat derajat.
·         Terhindar dari neraka.
·         Membuka pintu surga.
·         Memberatkan amal baik dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Orang yang selalu dzikir istighfar atau memohon ampun, Allah SWT. akan memberi jalan keluar dari kesulitan dan kesusahan dan akan dilimpahkan rizkinya.
2.      Pengertian Ayat-Ayat Kauniyah
Ayat-ayat kauniyyah yang sering disebut juga sebagai Ayat Kosmologi adalah ayat atau tanda yang wujud (ada) di sekeliling yang diciptakan oleh Allah SWT. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa, dan sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena itu alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah SWT. dengan segala sistem dan peraturan-Nya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan penciptanya. Untuk memahami ayat-ayat kauniyah (terkait dengan fenomena alam), penafsirannya perlu menggunakan pengetahuan Kosmologi sehingga pesan-pesan yang terdapat dalam ayat tersebut dapat difahami dengan baik. Seperti yang tercantum dalam Q.S Nuh (41) : 53, yang artinya:
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda(kekuasaan) kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah benar. Tidakkah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?”
Tujuan pemaparan Ayat-Ayat Kauniyyah dalam al-Quran adalah untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT. dan ke-Esaan-Nya. Serta mendorong manusia seluruhnya untuk melakukan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepada-Nya.
 Dalam meruntut pembicaraan al-Qur’an tentang Kosmologi, kita mengambil konsep yang ditawarkan Achmad Baiquni tentang penciptaan alam semesta dalam bukunya al-Quran dan Ilmu Pengetahuan Kealaman. Karena pembahasannya sejalan dengan pengetahuan Kosmologi modern. Lalu ayat-ayat yang telah ditentukan tersebut diuraikan penafsirannya menggunakan Tafsir al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Karya M. Quraish Shihab dan Tafsir al-Kabir aw Mafatih al-Ghaib karangan Fakhr ad-Din ar-Razi. Hal ini untuk mewakili penafsiran ulama yang menggunakan pendekatan ilmiah sebagai salah satu pendekatan penafsirannya. M. Quraish Shihab mewakili mufassir modern dan Fakhr ad-Din ar-Razi mewakili mufassir klasik. Terdapat ayat-ayat al-Quran yang terkait dengan penciptaan alam semesta, antara lain:
1.      Q.S. Al-Naml/21: 88
الَّذِي أَتْقَنَ صُنْعَ اللَّهِ مَرَّ السَّحَابِ تَمُرُّ وَهِيَ جَامِدَةً تَحْسَبُهَا الْجِبَالَوَتَرَى
 (٨٨) بِمَا تَفْعَلُونَ إِنَّهُ خَبِيرٌ كُلَّ شَيْءٍ
Artinya: “Dan engkau akan meihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan seperti awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Maha teliti apa yang kamu kerjakan”
Dalam memahami ayat ini Para Ulama berbeda pendapat. Di antaranya ada yang memahami dalam arti langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan yang terpadu. Hujan tidak turun dan bumi pun tidak ditumbuhi pepohonan. Allah SWT. lalu membelah langit dan bumi dengan jalan menurunkan hujan dari langit dan menumbuhkan pepohonan di bumi. Ada lagi pendapat yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan sesuatu yang utuh tidak terpisah, kemudian Allah SWT. pisahkan dengan mengangkat langit ke atas dan membiarkan bumi di tempatnya berada di bawah lalu memisahkan keduanya dengan udara lalu langit menurunkan hujan sehingga menumbuhkan tanaman di Bumi dan Allah SWT. menjadikan air sumber kehidupan. al-Qur’an memerintahkan orang-orang yang kafir, untuk mengamati dan mempelajari alam semesta yang padu lalu dipisahkan oleh-Nya. Observasi itu diharapkan dapat mengantarkan mereka kepada keimanan atas kemahakusaan-Nya.
2.      Q.S. Adz-Dzariyat/51: 47
   (٤٧) لَمُوسِعُونَ وَإِنَّا هَا بِأَيْدٍ بَنَيْنَا وَالسَّمَاءَ
Artinya: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.”
Tim Pengusun Tafsir al-Muntakhab yang terdiri dari pakar Mesir kontemporer berkomentar bahwa ayat ini mengisyaratkan beberapa isyarat ilmiah. Antara lain, Allah SWT. menciptakan alam yang luas ini dengan kekuasaan-Nya. Dia maha Kuasa atas segala sesuatu. Kata sama’ berarti segala sesuatu yang berada di atas dan menaungi. Maka segala sesuatu yang ada di sekitar benda langit dan tata surya di sebut sama’. Alam raya kita amat luas, lalu mengartikan wa innaa lamuusi’uun atau berarti sesungguhnya Kami benar- benar maha meluaskan (yakni alam raya ini) menunjukkan hal itu. Artinya, Kami meluaskan alam itu sebegitu luasnya semenjak diciptakan. Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa meluasnya alam ini terus berlangsung sepanjang masa.
3.      Q.S. Al-Fushshilat/41: 9
أَنْدَادًا لَهُ وَتَجْعَلُونَ يَوْمَيْنِ فِي الأرْضَ خَلَقَ بِالَّذِي لَتَكْفُرُونَ  أَئِنَّكُمْ قُلْ
(٩) الْعَالَمِينَ رَبُّ ذَلِكَ
Artinya: "Katakanlah: 'Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi, dalam dua masa, dan kamu mengada-adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?. (Yang bersifat) demikian itulah Rabb semesta alam'."
                Ayat ini menjelaskan betapa buruknya sikap tersebut (menyekutukan Allah SWT.) sekaligus memaparkan betapa kuasanya Allah SWT. Firman-Nya latakfuruwna/ kamu kafir terkait dengan beberapa persoalan, antara lain: pernyataan mereka bahwa Allah SWT. tidak sanggup membangkitakan kembali orang yang telah meninggal, mempertanyakan tentang kerasulan Nabi Muhammad SAW. dan pernyataan mereka bahwa Allah SWT. punya anak. Dan Perbuatan menyekutukan Allah SWT. itu merupakan perbuatan aniaya yang besar (zulmun kabiirun).
4.      QS. Al-Fush-shilat/41: 10
أَقْوَاتَهَا فِيهَا وَقَدَّرَ فِيهَا رَكَ وَبَا فَوْقِهَا مِنْ رَوَاسِيَ فِيهَا وَجَعَلَ
(١٠) لِلسَّائِلِينَ سَوَاءً أَيَّامٍ أَرْبَعَةِ فِي
Artinya: "Dan Dia menciptakan di bumi itu, gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya, dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (bagi penghuninya), dalam empat masa. (Penjelasan ini sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya."
Allah SWT. menciptakan bumi serta memperindahnya. Juga menciptakan gunung yang kukuh di atasnya agar bumi yang terus berotasi itu tidak oleng. Dan Ia melimpahkan aneka kebajikan sehingga ia berfungsi sebaik mungkin da dapat menjadi hunian yang nyaman buat manusia dan hewan. Serta menentukan kadar makanan- makanan untuk para penghunyinya. Semua itu telaksana dalam empat hari, yakni dua hari untuk penciptaan bumi dan dua hari untuk pemberkahan dan penyiapan makanan bagi para penghuninya. Kata qaddara berarti memberi kadar, yakni kualitas, kuantitas cara dan sifat-sifat tertentu sehingga dapat berfungsi dengan baik. Dapat juga berarti memberinya potensi untuk menjalankan fungsi yang ditetapkan Allah SWT. bagi masing-masing. Kata aqwat merupakan bentuk jama’ dari kata qut yang pengertiannya mencakup makna pemeliharaan dan pengawasan Allah SWT., sehingga penentuan kadar qut ini tidak hanya menyangkut makanan jasmani tetapi mencakup pengaturan Allah SWT. terhadap bumi yang menjadi hunian manusia. Sebagai contoh terkait gaya Gravitasi Bumi sehingga ia berputar (rotasi) pada garis edarnya dan. Gaya Gravitasi benda-benda langit ini melindunginya juga untuk tidak melenceng dari garis edarnya sehingga tidak saling bertabrakan. Dan wa qaddara fiyhaa menurut Muhammad ibn Ka’ab menentukan makanan bagi tubuh sebelum penciptaannya. Mujahid mengatakan Allah SWT. menentukan makanan dari hujan, yang dimaksud di sini makan untuk Bumi bukan untuk penduduknya.
Masih banyak sekali ayat-ayat kauniyah dalam al-Quran hingga mencapai 800 ayat. Namun dalam makalah ini kami hanya dapat memaparkan 4 ayat sebagai gambaran ayat kauniyah. Banyak kebenaran ilmiah yang dipaparkan al-Quran, tujuan pemaparan ayat-ayat tersebut untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT. dan ke-Esaan-Nya. Serta mendorong manusia seluruhnya untuk melakukan observasi dan penelitian demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan kepada-Nya.










BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kalimat thayyibah mengandung arti kalimat-kalimat yang baik yang berisi tentang ungkapan zikir kepada Allah. Yang dimaksud dengan “kalimat thoyyibah” dalam ayat tersebut adalah kalimat tauhid, yaitu segala  ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah kemungkaran. Kalimat thayyibah adalah setiap ucapan yang mengandung kebenaran dan kebajikan yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ucapan yang baik, sangat dipengaruhi oleh pribadi dan keimanan kita. Dalam hal ini, hati sangat mendominasi. Kalau hati kita baik, maka yang keluar dari lisan kita, tindak tanduk kita adalah sesuatu yang baik. Juga sebaliknya, kalau hati kita dipenuhi dengan hasad dan kedengkian atau segala macam yang mengotori hati, maka yang keluar adalah kata-kata dan tindak tanduk maksiat. Macam-macam kalimat thayyibah ada 14 macam, diantaranya: Basmallah, Taawudz, Takbir, Tasbih, Tahlil, Tarji’/Istirja’, Istighfar, Insya Allah, Hauqalah, Tahmid/Hamdalah, Hasbalah, Taqdis, Tasymit, dan Masya Allah.  Kalimat thayyibah memiliki manfaat bagi orang yang mengucapkannya, yakni dapat menghapus dosa, mengangkat derajat, terhindar dari neraka, membuka pintu surga, memberatkan amal baik dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ayat kauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh Allah SWT. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah SWT. dengan segala sistem dan peraturan-Nya yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya. Di al-Quran terdapat 800 ayat kauniyah, beberapa diantaranya adalah An-Naml ayat 88, Adz-Dzariyat ayat 47, Al-Fushshilat ayat 9 dan 10.
B.     Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Seperti halnya pribahasa mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Maka dari itu, demi kelancaran pembuatan makalah selanjutnya kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.















DAFTAR PUSTAKA

Ø  Anto, Juli. (2010). BAB 1 : KALIMAT THAYYIBAH AQIDAH KELAS 3 SEMESTER I. (online) diakses di http://al-miftahu.blogspot.com/2013/06/bab-1-kalimat-thayyibah-aqidah-kelas-3.html pada tanggal 31 Oktober 2014.

Ø  Elly. (2013). Kalimat Thayyibah. (online) diakses di http://catatanpengajian.blogspot.com/2013/06/kalimat-thayyibah.html pada tanggal 31 Oktober 2014.
Ø  Layda, Guna. (2012). Ayat-Ayat Kosmologi. (online) diakses di http://gunalayda.blogspot.com/2012/11/ayat-kauniyah-ayat-kosmologi.html pada tanggal 31 Oktober 2014.

Ø  Rahmat, Basuki. (2010). Kalimat Thoyibah. (online) diakses di http://bassorigami.blogspot.com/2010/06/kalimat-thoyibah.html pada tanggal 31 Oktober 2014.

Ø  Sodikin. (2013). Ayat Kauniyah dalam Al-Quran. (online) diakses di http://www.pak-sodikin.com/ayat-kauniyah-dalam-al-quran/ pada tanggal 31 Oktober 2014.

Ø  ______. (2011). MAKNA dan RAGAM KALIMAT THOYYIBAH. (online) diakses di http://coretanoelile.blogspot.com/2011/03/makna-dan-ragam-kalimat-thoyyibah-i.html pada tanggal 31 Oktober 2014.
Ø  _____. (2013). 7 KALIMAT THAYYIBAH. (online) diakses di https://www.facebook.com/permalink.php?id=164181196971958&story_fbid=514188575304550 pada tanggal 31 Oktober 2014.




 

7 komentar:

  1. Ajib


    http://pesasonline.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Apabila kita kagum / takjub atas ciptaan Allah SWT yg benar "Subhanallah" / "Masya'allah ?

    BalasHapus
  3. Apabila kita kagum / takjub atas ciptaan Allah SWT yg benar "Subhanallah" / "Masya'allah ?

    BalasHapus
  4. mkasih buat wejangannya mbk keren banget deh moga banyak manfaatnya ya ;).. Amiin....

    BalasHapus
  5. Assalamualaikum
    Syukran atas ilmunya
    Semoga kita selalu dalam rahmat Allah SWT.
    Kunjungi juga ya blog kami

    https://seruankemuliaan.blogspot.co.id/

    Kumpulan pengetahuan Islami kini dan masa depan

    BalasHapus